Wednesday, June 26, 2013

It's difficult to be a pro psychologist

It's been a while! Whoaaaaaa... Too bad!

Postingan ini diketik dua hari sebelum berakhirnya semester 6. Bentuk sweet escape dari tugas akhir dan materi ujian yang seabrek hihi.

Aku belajar banyak dari semester ini, semakin belajar untuk menyelesaikan tugas bukan sekedar selesai lalu dapat nilai, tapi juga diperhitungkan dampak dari tugas yang dilaksanakan terhadap orang yang dikenai perilaku. Fokus utama psikologi adalah manusia, jadi tugas-tugasnya pastilah selalu berhubungan dengan manusia, dan sebagai manusia, kita harus dapat memanusiakan manusia. Complicated, huh? Not really.

Semester ini semesternya belajar melaksanakan tes-tes psikologi, mulai dari tes intelegensi sampai tes kepribadian. Bukan hanya melaksanakan, tapi juga skoring, dan yang paling susah interpretasi. My first experience being a psychology tester bukan untuk tugas kuliah, tapi untuk seleksi penerimaan siswa baru program akselerasi salah satu SMA di Solo. I'm really nervous about that! Mungkin dalam pelaksanaannya lancar-lancar saja, tapi dalam skoring harus benar-benar teliti, apalagi ada beberapa aspek dalam tes psikologi tersebut yang skoringnya sedikit banyak mengandalkan subyektivitas. Ini perkaranya berkaitan dengan masa depan orang lain, apabila ada kesalahan dalam skoring, mungkin anak yang pada dasarnya Gifted bisa jadi hanya ternilai sebagai Superior sehingga tidak dapat diterima, atau dapat terjadi sebaliknya sehingga anak yang sebenarnya tidak mampu menempuh pendidikan akselerasi menjadi tidak sengaja diterima. I've checked my testee's result for about 4-5 times. I hope it's enough to make sure that I'm careful enough  in scoring her answers.

I don't have any idea with the people around me, sekarang apa yang aku omongin sering kali jadi sugesti tersendiri bagi mereka, Padahal kalau diteliti lagi, sebenarnya isi omongan atau intonasiku ga ada unsur-unsur sugestif. Jadi mulai sekarang agak dibatasi kalau bicara dengan teman yang non psikologi, takutnya jadi sugesti. My goal for next holiday is belajar berbicara netral agar isi pembicaraanku tidak bersifat sugestif bagi pendengarnya ^^

Kesulitannya lainnya dalam mempersiapkan diri jadi psikolog profesional adalah seringnya penggunaan istilah-istilah psikologis. Mungkin karena sudah jadi makanan sehari-hari, jadi kurang dapat menempatkan diri kapan saat yang pantas berbahasa ilmiah ala psikologi dan kapan waktu yang kurang pantas. Susahnya lagi kalau sudah keceplosan dan teman bicara bertanya arti kata yang kita sampaikan barusan terus kita ga bisa jelasin. Aduuuhh.. Itu payah banget dan itu sering aku lakuin hiks.

Senangnya semester ini adalah, belajarnya aplikatif semua, jadi sudah mulai bisa diterapkan ke orang-orang terdekat. Ya sedikit banyak secara perlahan akhirnya bisa menjadi orang berguna sesuai dengan passion. Can't wait for the next level!

Menjadi psikolog profesional memang sulit, tapi kalau berlatih terus pasti lama-lama juga bisa. Practice, practice, and practice. Rise and shine! See you at the next story, I have to continue my war against the final task :P

No comments:

Post a Comment